Welcome Reader ... !!!

Senin, 22 Agustus 2011

AT THE HOSPITAL WITH YOU

Di sebuah kamar rumah sakit Konoha, tampak seorang pemuda tampan berwajah stoic sedang tertidur di sofa kamar itu. Ia terlihat sangat lelah. Karena telah dua malam harus menjaga ayahnya yang sedang dirawat karena penyakit jantungnya. Sedikit demi sedikit pemuda tampan itu membuka kelopak matanya lalu memperlihatkan warna pupilnya yang gelap seperti malam. "Hoaaaamm…." Pemuda itu menguap lalu melemaskan persendiannya yang terasa kaku karena tertidur di sofa tadi. Ia menatap ayahnya yang masih terbaring lemah tak berdaya di ranjang. "Ohayou, Tou-san," sapa Pemuda itu. Walaupun sang Ayah tak membalas ucapan selamat paginya, namun ia tulus mengucap pekataannya itu. Pemuda berambut raven itu pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya yang agak lusuh. Setelah merasa lebih segar ia kembali ke tempat di mana sang Ayah terbaring. Ia lalu duduk di samping Ayahnya.

"Ini hari ketiga ya," gumamnya atau mungkin lebih tepatnya menggeram. "Tapi Aniki dan kaa-san belum juga datang menjenguk, apakah urusan dunia telah membutakan mata mereka?"

Ia menatap ayahnya, iba. 'Andai mereka tau bahwa orang yang mereka sayangi sedang terbaring di sini?' Lamunan pemuda itu buyar saat suara ketukan pintu menyambar gendang telinga. Seorang perawat datang untuk melakukan kewajibannya di tiap pagi. Memeriksa keadaan pasien. "Maaf tuan Sasuke, waktunya saya mengecek kondisi ayah anda," ujar perawat itu sambil tersenyum genit ke arah pemuda yang bernama Sasuke itu.

"Silahkan," sahut Sasuke datar tanpa memperdulikam tatapan menggoda dari perawat itu.

Sasuke pun keluar dari kamar untuk menyegarkan pikirannya. 'Waktunya sarapan!' pikirnya sambil berjalan ke arah kantin rumah sakit.

SASUKE POV

Kantin masih terlihat sepi pengunjung. Maklum aja, inikan baru jam setengah enam pagi. Hanya terlihat beberapa orang yang memiliki keinginan sama denganku. Sarapan. Huh, lelahnya menjaga Tou-san sendirian. Habis mau bagaimana lagi. Itachi-nii masih di Paris. Mungkin dia sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan Kaa-san, oh, Ibuku yang gemar shoping itu mungkin masih belum bosan keliling Eropa hanya untuk nafsu belanjanya. Padahal aku sudah memberi kabar kalau Tou-san masuk rumah sakit karena jantungnya kumat. Heh, gara-gara mereka berdua aku harus cuti kuliah untuk beberapa Minggu.

"Nasi uduknya satu, minumnya jus Tomat," aku memesan makanan favoritku di depan sebuah Conter Makanan pada seorang pelayan. (maaf ya buat para FG Sasu, di cerita ini makanan fave-nya Sasuke nasi uduk sambel kacang plus gorengannya, Bakwan, padahal, itu kan makanan fave-nya Author, hehehe*KAPLOK-di geprak rame2 sama FG'nya Sasu*).

Sambil menyantap makanan kesukaanku, ku perhatikan ke arah sekeliling. Yah, hanya untuk menghilangkan sedikit rasa jenuhku. Hem, aku melihat ada seorang gadis manis sedang memesan makanan di salah satu conter penjual makanan. Rambut pirangnya yang panjang sepinggang ia kuncir dua tinggi. Tubuhnya mungil namun memiliki bentuk yang sangat indah. Aku hanya bisa mengaguminya dari belakang karena ia sedang membelakangiku. Aku penasaran banget ingin menatap wajahnya. Tepat seperti dugaanku, saat ia berbalik ke arahku, akhirnya aku bisa menatap wajahnya. Ia memiliki wajah yang manis. Aku tertarik dengan mata birunya yang terlihat cerah itu. Rasanya seperti menatap langit yang cerah, secerah senyum dari bibir mungilnya yang berwarna pink. Aku yakin itu bukalah polesan dari lipglosh, karena bibirnya terlihat sangat alami sekali. Pipinya agak-agak tembem, tapi itulah yang membuatnya terlihat makin manis. Oh, Tuhan, Aku ingin sekali berkenalan dengan gadis cantik itu.

END SASUKE POV

Selasa, 19 April 2011

winnie diaries bagian 5

"Ting-tong...!!" suara bel memecah keheningan rumah Wini yang sepi kayak kuburan. Reva yang lagi baca majalah remaja di ruang tengah segera beranjak ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang.
"Mama..." ujar Reva surprise saat melihat sosok wanita berumur sekitar 40-an yang cantik berdiri di balik pintu.
"Hai Reva, gimana kabar kamu di rumah?" tanya Mama sambil mencium pipi Reva.
"Alhamdulillah Ma, baik. Mama sendiri gimana?" Reva balik nanya.
"Ya, gini-gini aja," sahut Mama yang lagi berjalan masuk ke ruang tengah diiringi oleh Reva. "Oh iya, kakak kamu Vino mana, dari tadi nggak kelihatan?"
"Vino kan udah nggak ada Ma. Yang ada sekarang itu Wini."
"Wini?" Mama mengangkat alis tanda kalo ia bingung. "Wini siapa?"
"Wini ya Vino, Mama! Vino kan udah berubah jadi Wini."
"Lalu?"
"Ia udah nggak bisa jadi cowok lagi, soalnya Wini udah haid," terang Reva.
"Mama nggak ngerti, Re?" ujar mama heran.
Reva pun menjelaskan apa yang telah menimpa Wini pada Mama.
"Jadi, waktu kamu telpon Mama ke Bali itu bukan becanda?" seru Mama heboh karena kaget setelah mendengar semua penjelasan dari Reva.
Reva mengangguk. "Mungkin ini azab untuk Vino yang sering mainin hati cewek."
"Mama jadi pengen ngeliat, sekarang Wini dimana?" tanya Mama.
"Di kamar, lagi depresi karena baru mengalami musibah!"
"Musibah apa?"
"Kenyataan kalo ia udah jadi perawan tulen."
Mama dan Reva pergi ke kamar Wini. Mama pun mengetuk pintu kamar Wini. "Wini, ini Mama pulang!"
Namun tak ada jawaban dari dalam kamar.
"Wini, Mama masuk, ya?" ujar Mama lalu membuka pintu kamar yang memang tidak di kunci.
Di kamarnya, Wini lagi bengong di atas tempat tidurnya. Matanya sayu, muka pucat, dan ekspresi wajah dingin banget kayak abis dimasukin kulkas. Mama agak kaget melihat Wini.
"Itu, Vino, Re?" tunjuk Mama.
"Iya, cantik kan?"sahut Reva.
"Kok bisa berubah total begitu? kayaknya dulu rambutnya pendek. Tapi sekarang udah panjang sepinggang gitu. Padahal cuma Mama tinggal sebulan."
Reva angkat bahu. "Mene ke tehe, tau-tau udah berubah cantik jelita kayak gitu."Mama lalu menghampiri Wini. "Kamu kenapa, Wini?"
Wini cuma geleng-geleng kepala.
"Dia belum bisa terima kenyataan kalo sekarang dia itu cewek," celetuk Reva.
Mama pun paham sama perasaan yang dialami anaknya itu.
"Kamu harus terima apa yang sudah terjadi sama kamu. Walaupum begitu kamu tetap anak Mama."
Wini menoleh ke arah Mamanya. Ia pun menangis di pelukan mamanya itu. Mama lalu mengusap-usap punggung Wini.
"Nangis yang kenceng, Win. Sekarang lo nggak usah malu nangis di muka umum. Lo kan cewek," ledek Reva dan langsung mendapat sambitan yang meriah dari Wini.
"Tapi," ujar Mama tertahan.
"Tapi apa, Ma?" tanya Wini disisa-sisa tangisnya yang mulai reda.
"Kamu cantik juga. Jadi seneng anak gadis Mama nambah satu!" lanjut Mama.
Wini langsung nangis lagi. Malah lebih kenceng dari yang tadi.

Senin, 18 April 2011

Winnie Diaries bagian 4

Gosip Rifki jadian sama Wini menyebar dengan cepat ke seluruh sekolah. Malah, para pedagang yang di kantin ikut-ikutan heboh dengan gosip itu. Apalagi cewek-ceweknya, frustasi abis. Kebanyakan nggak rela Rifki jadian sama cewek jadi-jadian, Wini. Via yang secara nggak langsung jadi sohibnya Wini pun heran. Kok bisa Wini suka sama cowok, apa dia frustasi karena belum sembuh?
Padahal, Wini jadian sama Rifki karena campur tangan Reva si provokator ulung. Reva berhasil mendoktrin Wini untuk nerima Rifki jadi pacarnya. Wini pun jadi ngiler, pengen nyobain pacaran sama cowok. Mau cari pengalaman,hehehe.
Via pun ketemu dengan Wini dan Rifki yang lagi berduaan di kantin. Mereka sedang asik makan Ba'so Mas Darso sambil suap-suapan. Via lalu menyapa mereka berdua.
"Ciee, yang baru jadian? Kok nggak traktir-traktir sih?"
"Eh, Via. Nggak kok, lo kalo mau pesen aja. Gue yang bayarin!" tawar Rifki.
"Nggak usah. Eh, Ki, gue pinjem Wini dulu ya?" Via lalu menarik tangan Wini untuk menjauh dari Rifki.
"Ada apaan, sih?" tanya Wini bingung.
"Lo bener jadian sama Rifki? Lo suka sama dia?"
"Nggak sih, gue cuma iseng aja, pengen nyoba pacaran sama cowok," sahut Wini enteng.
"Sarap lo! Lo kan cuma sementara berwujud cewek!"
Wini tampak nggak ambil pusing. "Slow aja kali, Vi. I don't think this a problem!"
"Terserah lo aja deh, gue nggak mau tau akibatnya." Via lalu pergi meninggalkan Wini.

Sabtu, 02 April 2011

Winnie Diaries Bagian 3

Kelas XII IPS 2 bakal bertambah rame. Akan ada murid baru yang akan menambah semarak pesta, eh, XII IPS 2 maksudnya. Kalian masih inget Vino, playboy kelas kakap yang udah metamorfosis jadi kupu-kupu, ups, maksud gue jadi cewek. Bakal menjadi penghuni baru di kelas yang terkenal paling rusuh di SMA Merdeka. Ini berkat Reva. Saat tau kakaknya itu jadi batu, eh, jadi cewek, Reva langsung ngabarin nyokapnya di Bali lewat telpon.
"Ma, Vino kena kutuk, dia sekarang berubah jadi anak perawan."
Mama yang lagi sibuk memeriksa keuangan Hotel lewat Laptopnya hanya berujar, "Bagus itu, Re. Mama lebih seneng punya anak gadis daripada punya anak cowok tapi sifatnya playboy!"
"Ini serius ma, Reva nggak bercanda. Vino berubah karna dia minum obat aneh!"
"Oh, begitu?" sahut Mama yang matanya masih terkosentrasi pada layar Laptop. "Terus apa lagi?"
"Terus Vino ke sekolahnya gimana? Dia kan udah ganti kelamin?"
"Nanti biar Mbak Yuli yang urus. Udah ya, Mama lagi sibuk." sahut Mama yang kayaknya nggak ambil pusing dengan keadaan anak-anaknya (maklum deh wanita karir gitu lho).
Mbak Yuli, asisten Mama yang langsung mengurus masalah Vino. Dan sekarang Vino alias Wini resmi menjadi siswi di SMA Merdeka. Kelasnya, XII IPS 2 yang terkenal ancur dan rusuh.
Vino alias Wini datang ke SMA Merdeka bersama Reva yang juga bersekolah di situ. Reva pun mewanti-wanti kakaknya. "Inget, lo harus bertingkah yang wajar, dan kelas lo adalah XII IPS 2. Jangan bikin onar di sini."
Wini lalu berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah menuju kelasnya. Tapi sebelum tiba di IPS 2, Wini bertemu dengan Ibu Nursaidah, wali kelas XII IPS 2. Melihat wajah asing, Bu Nursaidah bertanya pada Wini. "Kamu anak baru ya, dari kelas mana?" sapa Bu Nursaidah ramah.
"Iya Bu, saya murid baru. Saya Vin, eh, Wini anak baru di kelas XII IPS 2," sahut Wini gelagapan. Maklum, agak grogi karna harus jaga sikap.
"Oh, kamu Wini Julianti, ya? Saya Wali Kelas kamu. Ya udah, kamu masuk bareng Ibu. Ibu juga mau ke IPS 2."
Wini mengangguk. Bersama Ibu Nursaidah, Wini tiba di kelas IPS 2. Ibu Nursaidah masuk duluan.
"Good Morning..." teriak Bu Nursaidah karna kelas berisik banget kaya pasarImpres.
"Good Morning, Mam!!!" sahut anak-anak berbarengan dan langsung menghentikan segala aktivitas mereka masing-masing. Mulai dari Dimas yang lagi ngupil, Siti yang lagi sibuk nyari kutu di kepala Lilis, Juwita dan Firda yang tadi serius banget main catur hingga Rico, Fauzi, Bima dan Tyo yang lagi asyik berdomikado ria, mereka langsung duduk manis di tempatnya masing-masing.
"Ibu ke sini bawa kabar gembira, di kelas kita yang kumuh ini kedatangan murid baru." Bu Nur mempersilahkan Wini untuk masuk ke kelas. Mata anak-anak cowok langsung nggak kedip memandangi cewek karbitan yang cool and cuantik ini. Apalagi Soni si playboy kambuhan,mulutnya sampe mangap gede banget dan mengeluarkan wangi-wangian aneh dari mulutnya itu. Maklumin aja deh, Seminggu nggak pernah gosok gigi.
"Anak-anak, ini Wini Julianti pindahan dari SMA Perjuangan. Kalian boleh kenalan nanti." Ibu Nur menoleh ke Wini. "Nah, Wini, kamu duduk sendiri dulu di sana." Ibu Nursaidah menunjuk meja yang memang tak berpenghuni di pojok kelas. Di situ tertera tulisan, "DIKONTRAKAN, Hub: Deni (021-888 nyambungnya kapan-kapan)"
Mata anak-anak semua tertuju pada sosok Wini yang sedang berjalan ke tempat duduknya. Termasuk Via yang udah kenal sama gadis instan ini.
Wini lalu duduk diam. Masih canggung dengan tubuhnya. Deni yang duduk di depan Wini agak-agak nervous gitu deh, begitu juga dengan Septian, temen sebangku Deni.

Jumat, 01 April 2011

Winnie Diaries Bagian 2

Bel tanda pulang berdering lantang di SMA Merdeka. Satu persatu anak-anak terlihat berjalan beriringan menuju gerbang sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing. Di antara anak-anak berseragam putih abu-abu itu, Vino terlihat sedang celingukan kayak burung Hantu. Ngapain tuh, nyariin Anita? Ternyata Vino nyariin Via. Dia masih penasaran sama cewek yang terkenal cantik, pinter, tajir, gokil, kok gokil? Ya iya lah, Soni sama Farah aja dibikin kayak Topeng monyet. Vino pengen kenal lebih dekat sama Via. Vino pun berhasil menginterogasi beberapa anak SMA Merdeka, termasuk si Blo'on Soni. Tanpa diduga-duga, yang dicariin Vino muncul. Via terlihat sedang jalan bareng Farah menuju parkiran sekolah. Dan Vino langsung mencegat keduanya.
"Hai, Via, masih inget sama gue kan?" sapa Vino sok akrab.
Via nyoba inget-inget. "Lo Vino kan, yang kemaren ngajak kenalan? Tangan lo masih bau pecel lele?"
Vino langsung nyengir. "Aduh, yang itu jangan lo ingetin dong." Vino mencium tangannya. Vino pun bersin. "Hattchy... Sekarang tangan gue bau jengkol."
Farah nyolak-nyolek Via, minta dikenalin sama Vino. "Siapa nih, Vi? Kenalin gue dong?"
"Hai, gue Vino, temen barunya Via!" Vino menyodorkan tangan ke Farah buat salaman.
Dan Farah membalas uluran tangan Vino yang bau jengkol. "Gue Farah, asisten pribadinya Via."
"Oh..."
"Sori nih Vin, gue sama Farah mau cabut duluan. Kita berdua mau ke toko buku," Via menarik tangan Farah lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil Via.
"Gue pasti bisa dapetin lo, Vi!" gumam Vino.
Lagi enak menghayalkan Via, Vino dikagetin Anita. "hayo, lagi ngelamunin aku ya?"
"Eh, iya. Aku lagi mikirin kamu, Nit!" ujar Vino bokis. Ya iya lah bokis, orang dia lagi mikirin Via.
Anita jelas seneng banget. "Ya udah, kita langsung cabut!"
"Kemana?" tanya Vino.
"Nganter aku pulang lah," sahut Anita.
Vino pun langsung menggandeng Anita.

Kamis, 31 Maret 2011

Winnie Diaries Bagian 1

Di SMA Perjuangan, siapa sih yang nggak kenal sama Vino. Apa lagi para ceweknya, coba aja tanya sama salah satu cewek di situ, pasti doi bakalan jawab begini, "Oh, Vino, kenapa lo tanyain dia? Lo abis dikadalin sama dia ya? Makanya jangan mau sama Vino."
Kok tu cewek ngomongnya rada nyolot gitu ya, emangnya si Vino itu kenapa sih? Mau tau, Vino itu selain terkenal karna tampangnya yang keren and tajir gila, doi juga dikenal sebagai buaya darat nomor wahid di jagad dunia percintaan (duh, lebay banget sih bahasanya?). Hampir semua cewek di sekolah itu takluk sama Vino. tanpa terkecuali sama tukang nasi goreng di kantin sekolah, Titin. Vino emang suka nyari sensasi. Karna udah diblacklist sama para cewek di sekolahnya, Vino pindah lokasi buat nyari mangsa, yaitu SMA Merdeka, sekolahannya Reva, adik ceweknya Vino. Dan korban berikutnya bernama Anita. Yang jelas Anita belum tau siapa Vino itu sebenarnya.
Seperti pagi ini, Vino bersiap untuk berangkat sekolah sekalian nganter Reva ke sekolahnya. Sambil nyetir mobilnya, Vino nanya-nanya tentang Anita ke Reva, "Gimana Rev, kabarnya Anita?"
"Mana gue tau, emang apa urusannya sama gue?" jawab Reva ketus.
"Kan elo satu sekolah sama dia, kok lo nggak tau? Emang lo nggak pernah liat dia?" tanya Vino lagi.
"Sori ye, Anita itu kakak kelas. Gue males punya urusan sama kakak kelas. By the way, gue punya satu permintaan sama lo Vin?"
"Apaan?"
"Gue nggak mau anak-anak di sekolahan gue tau kalo kita kakak-adek."
"Kenapa emangnya?" tanya Vino lagi.
Dengan agak ketus Reva berujar, "Gue malu punya kakak yang playboy kayak lo."
Vino cuma nyengir kayak kuda lumping. "Nyantai aja Rev, lagian gue juga males punya adek cewek kaya lo. Udah jutek, bawel lagi!"
Akhirnya mereka berdua tiba di SMA Merdeka. Begitu turun dari mobil Reva langsung buru-buru cabut, takut ketauan sama temen-temennya kalo dia satu mobil sama Vino. Entar disangkanya Reva salah satu korban keganasan dari Vino.
Dan Vino seperti biasa, sebelum ia pergi ke sekolahnya, Doi mejeng dulu di SMA Merdeka. Ternyata tampang buayaVino masih bisa memikat beberapa cewek lugu di situ.
Lagi asyik tebar pesona, muncul Anita, pacar baru Vino. Dengan langkah ringan, Anita menghampiri Vino.
"Hai sayang, kamu nyari aku ya?" sapa Anita lalu cipika-cipiki sama Vino.
"Iya dong, masa aku mau ketemu sama wali kelas kamu?" sahut Vino sok ngegembel, eh, ngegombal maksudnya.
Mendengar ucapan Vino, Anita seneeeeng banget. Mukanya jadi merah karna tersipu, padahal ia sedang ditipu sama Vino. "Ah, Vino, aku jadi malu nich," ujar Anita dengan suara manjanya.
Vino pun tambah gencar merayu Anita yang polos, seperti Pasukan Belanda sedang menyerang markas TNI. "Habis, muka kamu ngangenin sih, sehari nggak ngeliat kamu bagi aku rasanya anta banget."
Whuuuuuush, Anita langsung terbang ke langit kayak pesawat ulang-alik lepas landas menuju luar angkasa. Mungkin karna udah puas membius Anita dengan bacotnya. Vino pun pamit, "Ya udah, kamu masuk sana, entar keburu bel loh? Aku juga mau langsung berangkat ke sekolah aku. Bye hunny?"